Sufi  

Status Orang Yang Taqlid Dalam Ketauhidan

buansenanews.com – Ada istilah yang familiar, “apa gunanya menyembah, kalau tak mengenal lebih dulu Tuhan Yang disembah”, hal ini senada dengan ungkapan syeh ibnu ruslan dalam matan Zubadnya:
اول واجب على الانسان # معرفة الاله باستقان
kewajiban yang pertama bagi manusia adalah mengenal tuhan dengan seyakin-yakinnya (dengan dalil-dalilnya).
sabda nabi besar muhammad SAW:
اول الدين معرفة الله
pertama (dalam) beragama adalah mengenal Allah.

dari dua keterangan tadi menggunakan kata معرفة yang artinya mengenal bukan tau atau sekedar mengetahui, hal ini bisa dijadikan kesimpulan bahwa dalam “iman” kepada Allah SWT jangan sekedar tau pada Allah, tapi wajib mengenal Allah, karena dalam Agama Islam ini ada tiga rukun:
1. rukun iman (yang ditopang dengan ilmu tauhid / teologi islam).
2. rukun islam (diatur oleh ilmu fiqih ber madzhab, ilmu ini mengatur tatacara menyembah / beribadah juga mengatur tatacara bersosialisasi dengan makhluk khususnya manusia).
3. rukun ihsan (yang membina etika batin manusia seutuhnya khususnya dalam penghambbaannya pada Allah, ini masyhur disebut ilmu tashauf).

untuk mengenal Allah maka ilmu tauhid (teologi) lah yang harus dipelajari bahkan harus didahulukan, sebagai mana dalam kitab ta’alim muta’alim :
ويقدم علم التوحيد والمعرفة ويعرف الله تعالى بالدليل، فإن إيمان المقلد ـ وإن كان صحيحا عندنا ـ لكن يكون آثما بترك الإستدلال
Bagi seseorang pelajar hendaknya lebih dahulu mempelajari ilmu tauhid, mengenali Allah lengkap dengan dalilnya. Karena orang yang imannya hanya taklid sekalipun menurut pendapat kita sudah syah, adalah tetap berdosa karena ia tidak mau beristidlal (mengkaji dalilnya) dalam masalah ini.
شرح كتاب تعليم المتعلم:
ويعرف الله تعالى بالدليل أى ينبغى أيضا أن يعرف الله تعالى جل وعلا بالدليل أى بالاستدلال من الأثر إلى المؤثر ولا يقلد فإن إيمان المقلد أى الرجل الذى لا يكون مستدلا بل يكون مقلدا بآباءه في الإيمان
Seyogyanya bahwa mengenal ia akan Tuhannya dengan dalil Artinya dengan mencari dalil dari pada Atsar(Makhluq) Sampai kepada Muatsir(Pencipta) bukan dengan cara taqlid ,karena iman orang yang taqlid (yaitu seseorang yang tidak mencari dalil ,bahkan taqdlid ia pada ayah nya dalam masalah keimanan.
وإن كان صحيحا عندنا خلافا للمعتزلة فإن عندهم لا يصح إيمان المقلد
Sekalipun menurut pendapat kuat disisi imam kita sudah syah, namun tetap berdosa karena ia tidak mau beristidlal (mengkaji dalilnya) dalam masalah ini ,Berbeda pendapat dengan kaum Mu’tazilah yang menyatakan : bahwa tidak sah iman orang yang taqlid.
شرح كتاب تعليم المتعلم:
لكن يكون آثما بترك الاستدلال لأن الله تعالى أعطى نعمة العقل للإنسان ليستدل به على وجوده ووحدته وأمهات أوصافه فلما لم يستدل به ما كان مؤديا شكر نعمة العقل فبسبب كفران النعمة كان أثما
Pendapat kuat :Orang taqlid masih dihukumi muslim ,Namun ia berdosa (muslim yang berdosa ) karena tidak mau berfikir atau istidlal, karena Allah Subhanahu wa taala memberikan nikmat berupa akal bagi manusia supaya mereka menggunakannya untuk mencari bukti- bukti/istidlal atas wujudnya Allah Subhanahu wa taala, keesaanNya, dan dasar- dasar dari sifat-sifatNya. Sebab itu seseorang yang tidak mau beristidlal dengan mengunakan akal fikirannya maka dia sama halnya tidak mensyukuri nikmat akalnya, maka dengan sebab mengkufuri nikmat ia berdosa.
والله اعلم

Baca Juga  Baca Pelajari Pahami Kenali Diri

Penulis : DharmaShufi
REFERENSI:
Syarah kitab : Ta’lim muta’alim halaman 13

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *