Penulis : DharmaShufi
محمد رسول الله والذين معه أشداء على الكفار رحماء بينهم.. (الفتح,٢٩)
Jihad adalah salah satu ajaran Islam, sebuah perintah dan kewajiban. Sebagai sebuah perintah wajib maka jihad memiliki nilai sangat mulia di sisi Allah sekaligus memiliki konsekuensi _(sangsi)_ bagi yang tak mau melaksanakannya di mana dikecualikan dari kewajiban ini adalah:
_” Mereka yang lemah (tua, jompo), cacat, perempuan dan anak anak yang tak memiliki kemampuan untuk itu, (Annisa 98)_
Perintah Jihad ini berkorelasi langsung dengan prinsip lain ajaran Islam yaitu persaudaraan (brotherhood) di mana hal ini mendapatkan titik temu ketika operasi jihad tak mungkin bisa dilakukan kecuali dalam bentuk kesatuan sebuah pasukan tempur (hizib/حزب)
_(Asshaff 4),_ dan semua Ummat Islam diwajibkan untuk berjihad di mana pembangkangan terhadap perintah ini diancam Allah, _(Attaubah, 84)_
Kondisi di atas adalah kondisi zaman nabi atau kondisi di mana ummat Islam harus membentuk formasi seperti itu _(seperti perlawanan terhadap imperialisme dan kolonialisme di berbagai belahan dunia termasuk di Indonesia pada masa lalu misalnya)._
Masalahnya adalah: Apakah “saat ini” tafsiran dan kontekstualisasi jihad harus sebagaimana paparan di atas dan tepatkah diarahkan untuk kontestasi politik dalam kondisi politik dunia modern terutama perpolitikan Indonesia?
Jika itu dilakukan maka harus bisa dijawab, siapa target musuhnya yang dianggap sebagai representasi kelompok kufur, anti Tuhan, anti agama, anti moralitas dan praktek ajaran Islam?
Akan sangat naif dan sebuah pemerkosaan ayat ayat Tuhan dan bisa dikatakan sebagai _”menjual ayat ayat Tuhan dengan harga recehan yang sangat murah pake banget”_
اشتروا بآيات الله ثمنا قليلا فصدوا عن سبيله إنهم ساء ما كانوا يعملون (التوبة:٩)
استبدلوا بآيات الله عرض الدنيا التافه، فأعرضوا عن الحق ومنعوا الراغبين في الإسلام عن الدخول فيه، لقد قَبُح فعلهم، وساء صنيعهم (تفسير الميسر للقاعد القرني)
Yang mendapat ancaman dari Allah dengan azab yang sangat pedih.
Oleh karena itu implementasi dan kontekstualisasi ayat ayat jihad di atas tidak boleh sembarangan semaunya dengan tafsiran sepihak _(subjektif)_ diri atau kelompok tertentu seoerti yang terjadi selama ini.
Lalu ketika tak bisa kita eksekusi dalam bentuk jihad politik seperti di atas apakah ayat ayat dan seruan jihad plus dengan berbagai nilai kemuliaannya menjadi tidak berlaku (mansukh)?
Tidak, ayat Al Qur’an akan tetap kompatibel sebagaiman ungkapan
القران صحيح لكل زمان ومكان
Berbagai perintah dan kewajiban dalam Al Qur’an tak pernah terhapus sampai kiamat _(kecuali yang secara tafsir standar nash sudah dimansukh)_ hanya saja bagaimana pengaplikasian perintah itu sesuai tuntutan zaman/ zeitgest (kontekstualisasi) dengan tepat.
Ayat ayat Jihad diatas saat ini sudah seharusnya dikontekstualkan ke dalam masalah masalah sosial ummat seperti
Pemetaan masalah tantangan sosial ummat yang real untuk dicarikan jalan keluar (problem’s solving) penanggulangan berbagai masalah sosial, ekonomi dan dekadensi moral umnat seperti kemiskinan, kebodohan, akses tenaga kerja, unlabour skill, membuka banyak pelatihan, pendampingan anak bermasakah, edukasi orang tua/rumah tangga terhadap berbagai problem anak, kriminalitas, degradasi moral, akhlak ummat dll.
Hal ini bukan mengada ada melihat tantangan reak ummat saat ini.
Ayat ayat jihad di atas kita aplikasikan untuk menanggulangi masalah masalah sosial dan ini menjadi perintah wajib yang memiliki nilai mulia di sisi Allah, bahkan kontekstualisasi seperti ini sudah sangat mendesak melihat masalah masalah sosial yang ada saat ini.
Ayat seperti
اشداء علي الكفار
Secara konvensional kata “al kuffar/الكفار” di atas diartikan sebagai; _*”orang/kelompok kaum kafir tak beriman”*_
tafsir kontekstual kata itu saat ini bisa kita artikan;
_*”Segala hal yang bisa menjadi sebab manusia menjadi kufur”*_
Ada poor circle yang bisa menyebabkan seseorang bisa terjatuh pada kekufuran yaitu, kemiskinan, kebodohan, kejahatan dan kekufuran.
Inilah lingkar setan (devil circle) yang harus kita putus dan jihadi,_*(bodoh, miskin, jahat, kufur).*_
Kemiskinan, kebodohan, akses pendidikan, tenaga kerja, social empowering dll inilah yang harus kita jihadi dengan sungguh sungguh penuh beban dan pengorbanan, penuh kelelahan dan sangat menguras energi baik pikiran, ilmu maupun finansial, dalam konteks ini sangat akurat definisi jihad yang sesungguhnya:
الجهاد: مصدر على زنة فِعال. وهو مصدر فاعل فِعالا، أي جاهد جهادا.
ومصدره جهاد هو المبالغة في قتال العدو، مصدر جاهد إذا جهد عدوه أي بالغ في قتاله.
والجُهد بالضم والجَهد يعني المشقة، بذل الوسع والطاقة
_”Jihad adalah perjuangan penuh beban, kesulitan, penderitaan dan mengerahkan semua kemampuan, kekuatan, usaha serta pengorbanan baik harta bahkan nyawa”_
Ini makna dakwah dan jihad yang sesungguhnya.
Jika ummat Islam atau ummat beragam lain siapapun itu dari berbagai lintas iman serta kepercayaan memfokuskan kata jihad dengan makna seperti ini saya pikir bukan hanya sesama ummat Islam dan sesama partai, semua pemeluk agama, ideologi dan kepercayaan pun akan mau bergandengan tangan untuk menangani masalah masalah sosial ini, sekaligus tak akan menciptakan konflik ideoligis, akidah dan keyakinan malah sebaliknya akan akrab, bersahabat penuh persaudaraan, keakraban dalam harmoni persaudaraan yang indah.
Inilah yang menjadi masalah agama ketika ayat ayat agama ditafsirkan secara ideoligis dan politis _(hanya untuk tujuan mencari dukungan suara (vote) agar terpilih menjadi anggota dewan)_ yang hanya akan jadi faktor pemicu resistensi, perlawanan, konflik dan perpecahan sesama ummat dan bangsa.
Sebagai aktifis berbasis kaum sarungan (santri) saya berpikir seperti inilah seharusnya kerja kerja politik yang harus dilakukan sebagai aktualisasi Keislaman kesantrian saya, entah yang lain.
Sederhananya ummat bukan harus ditakut takuti dengan bahaya dan ancaman Komunisme/Atheisme, dominasi Ekonomi para naga taipan China, liberalisme budaya western dll misalnya, tapi berdayakan ummat, beri akses pendidikan setinggi mungkin, beri pelatihan keahlian, buka peluang kerja, didik orang tua agar bertanggung jawab terhadap anak anaknya jika ini telah kita lakukan dan umnat menjadi cerdas, berpendidikan, memiliki segudang keahlian dan kemampuan menghasilkan ekonomi maka hantu komunist, ekonomi china dan liberalisme budaya barat misalnya akan lenyap dengan sendirinya.
Intinya ummat jangan _*”ditakut takuti”*_ ummat dengan berbagai hantu tapi _*”berdayakan ummat”*_,
so simple kan, ok?
Ayoo, sapa yang mau ikut jihad sosial bersama saya? ,
Sayangnya isu jihad sosial seperti ini bukan isu sexy yang laku dijual secara politis, rada rada ogah kebanyakan orang diajak jalan jihad seperti ini, sebuah jalan sunyi penuh perjuangan dan pengorbanan dan sunyi dari sorot kamera awak media serta tepuk tangan pujian masyarakat kita, yah memang mungkin baru sebatas itulah realitas kesadaran sebagian masyarakat kita, entah…


