Siswa MTs Ciptakan Alat Deteksi Gas Metan Berbasis Internet Of Things

buanasenanews.com/Sumatra Barat – Sawahlunto, Sumatera Barat, memiliki banyak pertambangan batu bara. Tidak heran kota ini juga dikenal sebagai Kota Tambang.

Seperti Siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) 2 Kota Sawahlunto menciptakan alat sensor gas metana berbasis Internet of Things (IoT). Hal ini dilatarbelakangi oleh wilayah Sawahlunto yang dikelilingi tambang.

Meski demikian, kerap terjadi kecelakaan kerja akibat ledakan gas metan di pertambangan batu bara. Gas metan sendiri adalah gas Bumi (hidrokarbon) yang berisi gas metan sebagai unsur utamanya. Laman resmi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menjelaskan bahwa gas ini terbentuk secara alamiah dalam proses pembentukan batubara (coalification).

Karakter gas metan yang tanpa bau, tanpa warna, dan mudah terbakar ini yang membuat para pekerja tambang tidak menyadari keberadaannya. Inilah yang memancing dua siswa MTsN 2 Kota Sawahlunto, Bebrina Latif Azzahra dan Raisya Qurrata Aini, menciptakan alat deteksi gas metana.

“Di Sawahlunto banyak tempat tambang, dan sering terjadi ledakan. Salah satunya, terjadi pada Desember 2022 lalu,” ungkap Bebrina, dikutip dari situs resmi Kemenag, Kamis, 07-09-2023.

Baca Juga  Menteri PU Dody Hanggodo Lepas 41 Calon Jamaah Haji Kementerian PU

“Kondisi demikianlah yang memotivasi kami mencari solusi bagaimana saat kadar gas metana terdeteksi melampaui batas akan memberikan peringatan kepada pekerja di tambang sehingga bisa menghindari terjadinya musibah ledakan dan adanya korban jiwa,” lanjutnya.

Bebrina mengatakan sudah ada alat pendeteksi serupa yang digunakan di tambang, tetapi belum bisa terkoneksi melalui ponsel. Bebrina dan Raisya kemudian mencoba mengembangkan alat pendeteksi yang bisa langsung tersambung pada ponsel untuk memberikan peringatan.

“Alat sensor ini berbasis IoT yakni teknologi yang mampu menghubungkan beberapa objek benda dalam hal sensor, piranti chip dan elektronik melalui jaringan internet, jadi penggunaannya sangat tergantung ada tidaknya jaringan internet,” kata Bebrina.

Untuk mengatasi keterbatasan internet di dalam tambang, mereka juga menyarankan untuk memasukkan kabel LAN ke dalam tambang.

Alat sensor tersebut berhasil menjadi salah satu finalis Madrasah Young Researcher Supercamp (MYRES) 2023, yang berlangsung di Kendari, Sulawesi Tenggara. Kepala MTs 2 Kota Sawahlunto,Tatis Arni, menyampaikan apresiasinya pada kedua siswanya.

Baca Juga  Panglima Koopsud I Hadiri Pembukaan Pendidikan Sekkau A-115

“Hasilnya nanti seperti apa, menang ataupun kalah tidak mengapa. Terpenting apa yang telah dilakukan ini merupakan prestasi sebab menghasilkan suatu karya yang semoga nantinya bermanfaat, juga menjadi pengalaman dalam berkompetisi,” ungkap Tatis.

Seprian Yusril selaku guru pembimbing juga turut bangga dengan hasil karya tersebut. Seprian mengatakan bahwa alat deteksi sudah diuji coba pada tambang terdekat.

“Walaupun masih dalam tahap pengembangan untuk menyempurnakan alat ini, tapi sudah kita lakukan uji coba langsung di tambang-tambang yang ada di daerah kita,” pungkas Seprian (Red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *