buanasenanews.com/Lebak, – Dampak cuaca ekstrim di pesisir pantai selatan muara Binuangeun, kecamatan Wanasalam, kabupaten Lebak-Banten, membuat ribuan nelayan tidak bisa melaut dalam sementara waktu.
Para nelayan memilih di rumah saja tidak melaut demi keselamatan, sambil memperbaiki alat tangkap ikan seperti perahu, jaring, mesin kapal dan lain -lain,
namun ada juga yang memaksakan diri dengan alasan kebutuhan ekonomi keluarga.
Ridwan salah seorang nelayan mengatakan, cuaca ekstrem melumpuhkan aktivitas nelayan, membuat mata pencaharian kami terhambat, hingga mayoritas nelayan tidak melaut.
“Cuacanya kan lagi ekstrem, jadi kalo mau melaut kemungkinan menunggu kondisi cuaca agak mulai mendingan teduh yah,” katanya saat di hubungi Awak media buanasenanews.com Selasa (5/9/2023).
Dirinya mengungkapkan, ia dan nelayan lainnya tidak melaut hampir satu bulan lamanya, karena keadaan cuaca yang tidak mendukung dan tidak bersahabat.
Saat ini, nelayan hanya bisa pasrah dan menunggu sampai cuaca membaik dan aman untuk kembali beraktivitas melaut,”ujar Ridwan.

Aktivitas nelayan hanya dihabiskan di dermaga untuk merapihkan alat-alat dan memperbaiki bagian kapal yang rusak.
Karena ketika saat keadaan cuaca buruk, kapal nelayan banyak yang rusak karena angin kencang dan ombak yang besar di sekitar pantai.
Hal tersebut diungkapkan Waryadi, yang hampir setiap hari menghabiskan waktunya di dermaga kapal nelayan di Binuangeun.
“Karena cuacanya enggak bersahabat, paling kita sambil nunggu cuacanya bagus. Soalnya kan saat ini cuacanya ekstrem,” katanya.
Lanjut Waryadi, semoga cuaca ekstrem cepat berlalu dan para nelayan kembali beraktivitas normal di laut. Kalau terus menerus seperti sekarang maka para nelayan akan kesulitan memenuhi kebutuhan hidup anak dan istrinya,” pungkasnya.
“saya harap musim paceklik tidak berkepanjangan. Hal ini tergantung dari cuaca di perairan Lebak selatan. Kalau cuaca buruk terus maka nelayan akan dirugikan,” terangnya. (K,san)












